Trd's blog
blog yang isinya macem-macem, mungkin aneh.
Jumat, 22 November 2013
Cerpen: Hati Gadis Manis
Cerpen;
‘’Hati gadis manis’’
Dulu ada sepasang kekasih “suci dan aria’’ yang tinggal di pinggiran desa terpencil. pada suatu saat hubungan manis mereka hancur karna kematian aria , suci yang tidak menerima kenyataan bahwa kekasihnya berlari sesambil menangis menuju hutan setelah mendengar kekasihnya meninggal dunia. Suara tangisnya memenuhi hutan yang sunyi itu, dia terus menerus berlari dengan kesedihannya hingga ia tidak tersadar telah sampai di tengah hutan yang sepi dan jauh dari pemukiman. Kakinya lemas,air matanya kering dan nafasnya terisak isak. Di terduduk di bawah pohon besar , tangannya memeluk kedua kakinya dan dia terus meratapi kesedihannya, dia melihat sebuah batu yang memiliki ujung tajam, lalu di ambil batu itu gadis itu berdiri dari duduknya, kemudian dia mengukir sebuah tulisan pada batang pohon di depannya, ‘’tempatku saat ini’’ , tak lama dia tiba tiba terjatuh dan pingsan. Malam pun datang saat gadis itu tersadar, dia hanya sendiri di tempat itu, suara bising hewan hewan malam memenuhi hutan.
Dari kejauhan terdengar suara perapian dan suara orang berbicara, suci mulai mendekati suara itu dengan langkah berat tangannya menggenggam sebuah batang kayu dan di balik pohon besar itu terlihat cahaya kecil,suci perlahan mulai mendekat sampai terlihat sebuah rumah kecil, rumah yang lusuh dan tua , tok tok…tangan suci gemetar saat mengetuk pintu rumah itu sudah reot.tidak lama pintu itu terbuka terlihat seorang nenek dari balik pintu itu dengan membawa sebuah lentera dan tongkat kayu,dia tersenyum dengan raut keriput di wajahnya, ‘’ silahkan masuk’’ ucap nenek itu . kaki suci kaku dan berat untuk di gerakan karena takut melihat nenek itu, ‘’serigala sering kali melolong kepada bula purnama’’ nenek itu berkata dengan datar. Suci tersentak mendengar ucapan nenek itu, dia melompat masuk ke dalam rumah dengan cepat.
Nenek itu mengambilkan minuman hangat dengan sebuah gelas dari kayu dan ubi bakar yang baru di ambil dari tungku, dia menatap suci dengan penuh senyum dan menyuruhnya untuk minum dan makan hidangan yang ia berikan,
‘’ siapa namamu gadis manis?’’ Tanya nenek itu
‘’ suci nek ‘’ suara terbata bata
‘’ nama yang bagus, lekaslah habiskan lalu tidurlah di atas ranjang jerami itu’’
Suci hanya menganggukan kepala.
Pagi pun mejelang, secerca cahaya menembus dinding dinding kayu rumah tua itu, ‘’sudah bangun ya gadis manis,apa tidurmu nyenyak?’’ dari depan perapian. Suci hanya terdiam dan menunduk. ‘’semalaman nenek melihatmu menangis saat tertidur, ada apa gadis manis sampai sampai dirimu pergi kehutan sedalam ini?’’ . suci menangis mendengar ucapan nenek itu,mulutnya membeku . lalu nenek itu memberikan minuman hangat kepada suci ‘’ minumlah untuk menenangkan hatimu’’ sesambil nenek senyodorkan minuman . seharian itu suci hanya terdiam bisu tanpa bergerak dari ranjang jerami.
Hingga pada hari berikutnya suci terdiam membatu,nenek itu hanya tersenyum melihat suci,mata suci kosong membalas pandangan nenek itu, ‘’subuh tadi nenek mendengarkan suara ramai ramai orang dari dalam hutan,mungkin mereka warga desa yang mencarimu’’ ucap nenek kepada suci, suci tetap saja membeku. Pada hari ke tiga suci mulai beranjak dari ranjang dan menuju keluar rumah lusuh itu, dia melihat nenek itu sedang duduk termenung melihat pohon besar di depan rumahnya,suci mendekatinya dan duduk di atas batu di sampingnya,nenek menoleh dan tersenyum kali ini nenek tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia terus duduk termenung hingga sore hari, tidak ada percakapan yang terjadi saat itu, mereka saling diam, suci berharap nenek bertanya namun nenek hanya terdiam dan menatap pohon besar itu, hingga malam menjelang nenek beranjak dari duduknya dan menuju rumah lusuhnya suci mengikutinya dari belakang, ‘’ bakarlah ubi itu’’ suruh nenek kepada suci. Suci bergegas mengambitil ubi dan memasukan ke dalam perapian. Lalu nenek duduk di depan perapian di samping suci. ‘’lihatlah ubi itu hangus karena api’’ suara nenek halus, suci menatap ubi itu tajam tajam. ‘’lalu ubi itu seperti meledek karna panas apinya’’ ucap nenek lagi , suci memalingkan wajahnya ke nenek dan melihat mata nenek berkaca kaca. ‘’kenapa nenek tinggal di hutan sendirian?’’ suci memberanikan diri untuk bertanya. ‘’nenek tidak sendirian,nenek bersamamu’’ jawabnya sambil tersenyum. Suci kebingungan hendak menjawab apa. ‘’ itu sudah masak angkatlah’’ nenek menyuruh suci.
Suci dan nenek pun makan ubi bakar itu bersama ,
‘’kenapa hatimu sedih gadis manis’’?
‘’aku di tinggal mati kekasihku nek’’ jawab suci sambil meneteskan air matanya.
‘’hapuslah air mata itu dari wajahmu,mengotori namamu yang suci jika begitu,lihat ubimu akan asin jika terkena air matamu, tidak akan enak rasanya’’ .
‘’maaf nek’’ ucap suci menunduk menyembunyikan tangisnya.
‘’lupakanlah sakitmu buatlah sakit yang lain’’ nenek mengelus kepala suci.
‘’cepat habiskan dan lekaslah tidur’’ .
Pagi hari kemudian suci terbangun dari tidurnya dia lekas keluar dari rumah dan menemui nenek yang duduk termenung di depan pohon besar seperti kemarin. ‘’ kenapa nenek suka duduk si tempat ini hingga malam tiba?’’ Tanya suci sambil duduk di samping nenek. ‘’kenapa semut rela mati untuk ratunya?’’ nenek balas bertanya. Suci hanya terdiam mendengar pertanyaan nenek itu.. suci hanya termenung mendengar ucapan nenek itu. Lalu sampai malam menjelang mereka duduk terdiam, Suci masih memikirkan ucapan nenek tadi. Kemudian seperti kemarin nenek menyuruh suci membakar ubi dan makan berdua lalu tidur .
Di pagi berikutnya suci bangun dan langsung pergi ke tempat nenek biasa duduk namun kali itu nenek tidak ada di sana, suci mencarinya di sekitar rumah namun dia tidak menemukanya, hingga sampai sore hari dia menunggu nenek yang belum pulang, dia duduk termenung menatap pohon besar di depan rumah sambil memikirkan ucapan nenek yang kemarin, tba tiba nenek duduk di sampingnya dan berkata ’’kenapa bunga hanya berumur pendek’’ lalu memberikan setangkai bunga kepada suci.Lalu nenek beranjak berdiri dan masuk menuju rumah tuanya. Suci masih bingung dengan ucapan nenek lalu di bergegas masuk kedalam rumah. ‘’ apa yang nenek maksud,aku tidak mengerti’’ . ‘’bakar ubi ini gadis manis’’ nenek mengeluarkan ubi dari wadah seperti keranjang. Suci pun bergegas membakarnya dan mereka duduk di depan parapian. ‘’kenapa bunga bangkai dapat hidup lebih lama dari bunga lain’’ ucap nenek itu . suci terdiam karna tidak tahu maksud dari ucapan nenek itu. nenek beranjak dari perapian dan menuangkan minuman ke dalam gelas kayu. Suci melihat gerak nenek yang lesu lalu dia bergegas mengambilkan ubi bakar yang sudah masak,dia memberikan kepada nenek .
‘’ besok ku antar pulang gadis manis’’
‘’tidak mau’’
‘’kenapa tidak mau gadis manis’’ nenek mengelus kepala suci.
‘’ aku tidak mau pulang,aku suka hidup disini,seperti ini dari pada aku harus membusuk dengan hidupku yang menyakitkan nek’’
Nenek hanya menggelengkan kepala dan berkata
‘’kamu harus pulang gadis manis, di sana ada sesuatu yang menunggumu,dan aku sduah tidak mengijinkanmu tinggal di rumahku lagi.’’
‘’tapi nek,baiklah aku akan pulang besok’’ menundukan kepala.
Keesokan harinya nenek mengantarkan suci sampai di jalan keluar dari hutan , di sana mereka berpisah suci pergi kepemukiman dan nenek kembali masuk ke dalam hutan. Langkah langkah suci penuh keraguan untuk pulang ke desanya, dengan berat hati di melangkah dan sambil memikirkan setiap apa yang di katakana nenek kepadanya.‘’apa maksud ucapan nenek itu’’ ucapnya dalam hati.sesampai di desa seluruh warga kaget melihat suci yang kembali mereka merubungi dan bertanya Tanya tapi tidak satu pun jawaban keluar dari mulut suci,dia terus melangkah menuju rumahnya dan tidak memperdulikan orang di sekitarnya, sasampai di rumah dia langsung di peluk oleh kedua orang tuanya, ‘’ kenapa saja kamu ini suci,semua orang menghawatirkanmu dan bahkan kamu tidak ikut menguburkan ‘’ ‘’sst,,,pak jangan di bahas sekarang’’ potong ibu suci. Suci tidak memperdulikan ucapan kedua orang tuanya dia bergegas menuju kamarnya , dia tertidur di atas ranjangnya dan bermimpi bertemu dengan nenek itu lagi. Serentak suci terbangun dari tidurnya dan dia langsung melompat dari ranjangnya dan berlari menuju hutan lagi, kedua orang tuanya yang melihat suci berlari menuju hutan mengejar suci bersama warga desa,suci terus berlari tanpa henti sampai dia tiba di sebuah pohon besar lalu dia melihat di balik pohon itu, suci kaget rumah nenek tidak ada di sana, tidak ada sesuatu yang tertinggal dari rumah itu, seperti di telan bumi menghilang suci berputar putar mengelilingi pohon itu menlihat lihat sekitar dan dia tidak menemukan jejak rumah nenek , ‘’ suci apa yang kamu lakukan’’ucapn bapak suci sambil meraih tangan suci, suci melepaskan pegangan bapaknya lalu di mendekati sebuah batu yang dia ingat di situ tempat dia dan nenek selalu duduk termenung melihat pohon besar di depan rumahnya, suci pun duduk di batu itu dan orang orang melihatnya bingung dengan apa yang suci lakukan. Dengan tajam suci melihat pohon itu berharap mendapatkan petunjuk sesuatu dengan melakukan apa yang sering nenek lakukan, tidak sengaja suci melihat ukiran tulisan pada pohon itu yang sudah tertutup lumut , ukurian itu membentuk tulisan ‘’tempatku saat ini’’ tiba tiba suci menangis dan membersihkan ukiran it dari lumut dengan sebuang batu dengan ujung yang lancip dan dia tersadar dia ingat dengan batu itu yang pernah dia gunakan untuk mengukir sebuah tulisan pada sebuah pohon, air matanya berlinangan sambil berkata ‘’aku mengerti dengan ucapan nenek,aku tahu sekarang apa yang nenek maksud dan siapa nenek, dan kenapa nenek tinggal sendiri di tempat ini dan kenapa nenek menggap tidak sendiri karna bersamaku dan kenapa seekor semut mati untuk ratunya dan kenapa bunga tidak berumur panjang dan kenapa bunga bangkai hidup lebih lama, aku mengerti’’ air matanya terus mengalir sampai ibunya memeluk suci ‘’sudahlah nak,sudah mari kita pulang ‘’ , lalu suci terjatuh pingsan.
Saat tersadar suci berada di kamarnya badanya lemas lalu dia mendengar suara lirih nenek yang berkata ‘’terimakasih sudah beranjak pergi dari tempat itu’’ . suci yang mendengar itu tersenyum sendiri ‘’terimakasih nenek’’ ucapnya lalu air matanya menetes karna bahagia. Aku mengerti semua yang nenek maksud, kenapa semut mati untuk ratunya ‘’dia telah melupakan rasa sakitnya dan mengorbankan hidupnya, dia sudah cukup bahagia karena manisnya air tebu,tidak ada penyesalan untuk mereka,manisnya gula memalingkan nafsu dunia’’ dan kenapa bunga berumur pendek . ‘’ dia terlalu harum untuk merasakan pahitnya hidup,dunia tidak merelakanya hidup lama di tempat yang buruk ini’’ dan kenapa pula bangkai dapat hidup lebih lam dari bunga lain ‘’dia sudah terbiasa dengan hidup menyakitkan dan busuknya dunia, dia bertahan dengan sakitnya dan dia tetap mekar dengan mahkotanya yang indah’’ . aku mengerti kenapa ubi yang terbakar api seperti perasaan akan matang bila terbakar rasa sakit dan kenapa dia seperti meledak dari dalam itu karena perasaan hatinya yang membakar dan mencoba untuk keluar. Aku mengerti hidupku tak harus berakhir dengan buruk dan meninggalkan kenangan yang menyakitkan, aku mengerti bahwa aku harus beranjak dari semua ini, terimakasih nenek , terimakasih banyak .
tamat (karya: Dede Zakaria)
Langganan:
Postingan (Atom)